Menengok Upaya Pemkab Luwu Promosikan Kopi Bisang
(foto: Idham Ama/FAJAR) |
M HARIS SYAH
Belopa
Akhir pekan lalu, penulis mendapat kesempatan berkunjung ke Kabupaten Luwu, dalam rangkaian acara ulang tahun ke sembilan Kota Belopa. Puncak acaranya, Luwu Music Festival dipusatkan di Lapangan Andi Djemma. Siang itu, di pendopo lapangan ada ramah tamah dengan Bupati Luwu, HA Mudzakkar.
Duduk bersila disamping Bupati, pria dan wanita paruh baya yang wajahnya tidak asing. Ia adalah drummer beken, Gilang Ramadhan dan penyanyi jazz Syaharani. Didepan mereka tersaji kopi dalam beberapa gelas berukuran sedang. Silih berganti, mereka menyeruput kopi itu. "Rasanya khas, efeknya cepat terasa," kata Gilang
Syaharani lain lagi. Ia meminta kopi pekat disajikan tanpa gula. "Nah, ini baru kopi. Enak, ya kopi bisang, saya suka," kata Rani. Respon Gilang dan Syaharani setelah mencoba kopi itu disambut dengan senyum dari bupati.
Cakka, sapaan akrab HA Mudzakkar pun berkenan menceritakan ihwal kopi tersebut. "Jika bicara kopi, yang konvensional selama ini kita lebih mengenal kopi luwak. Tetapi disini, tepatnya di desa Ulu Saluan Tibussang, lereng Gunung Latimojong sedang kami kembangkan kopi Bisang," jelasnya.
Kopi Bisang adalah jenis kopi berbentuk serbuk. Jika Luwak diambil dari kotoran Luwak, maka Kopi Bisang ini diambil dari muntahan Bisang, sejenis kaskus yang hidup di Gunung Latimojong, 1876 mdpl. Cita rasanya yang khas serta manfaatnya yang beragam membuat pemkab Luwu gencar mempromosikan kopi ini sebagai produk khas Luwu.
"Bisang memakan biji kopi di kaki gunung, setelah fermentasi di perut selama dua jam, kopi itu dimuntahkan disatu tempat, Itulah yang diolah warga menjadi kopi bisang. Aktivitas warga yang memunguti kopi itu disebut ma'bisang," ujar Cakka.
Penulis juga diberi kesempatan membandingkan kopi bisang dengan kopi lainnya. Biji kopi bisang sedikit lebih kasar dari jenis kopi Arabica pada umumnya. Karena bijinya dimuntahkan, sehingga tidak memicu kontroversi halal-haram seperti luwak.
Manfaat kopi itu juga beragam. Seperti pada umumnya kopi yang memberikan rasa segar ketika mengantuk, kopi bisang juga disebut bisa meningkatkan vitalitas pria. "Inimi kopi yang satu orang minumki, tetapi dua orang yang rasakan. Si peminum dan pasangannya pasti tambah mesra," candanya disambut tawa Gilang.
Bupati murah senyum itu melanjutkan, kopi Bisang saat ini ia promosikan sebagai franchise khas Luwu. Cakka menargetkan, Kopi Bisang yang dilabeli sebagai kopi premium bisa diproduksi hingga 60 ton per tahun. Jumlah yang sedikit untuk areal perkebunan seluas Luwu. Pelbagai upayapun dilakukan pemkab untuk meningkatkan potensi produksi.
"Kami buatkan perda melindungi Bisang, karena hewan ini memang tidak cocok ditangkar. Selain itu, siapapun warga Luwu yang hendak menikah kami wajibkan menanam 300 bibit pohon kopi, di kaki gunung Latimojong," jelasnya.
Namun upaya mereka bukan tanpa kendala, Kadisbudpar Luwu Luther Bija menyebut izin MUI yang paling lama diurus. Regulasi lain dari POM, termasuk lisensi dan branding kopi serta izin ekspornya sementara dirampungkan di pusat. Kemasan khas dari batok kelapa menjadi ciri tersendiri kopi bisang kelas premium.
"Jika sudah selesai, kopi ini segera bisa di ekspor. Apalagi berdasar hasil survey pasar, kopi bisang mendapat penawaran Rp1,6 juta per kilogram. Beda jauh dengan Luwak yang hanya Rp1,2 per kilogram," beber Luther
Kopi ini telah dipresentasekan di pameran hasil produksi pertanian dan perkebunan di Kota Davao, Filipina Desember lalu. Hasilnya banyak investor yang tertarik. Tahun ini, pameran serupa bakal dihelat di Prancis, dan hingga saat itu tiba Kopi Bisang sudah dapat diekspor. Tertarik mencicipi ? (*)
Sayang promosinya tdk berkelanjutan, padahal cukup menyita waktu Dan tenaga juga mengorganize event ini..., sayang bangetttttt.....:(
BalasHapusbetullll... padahal Gilang Ramadan sdh mati-matian support
BalasHapus