Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Tragedi Karbala dan Pembelaan Terhadap Mustadafin

Gambar
Padang Karbala hening. Jenazah bergelimpangan, darah meresap di pasir dan senjata terserak disana-sini. Tenda-tenda sobek dan terbakar, sisa peperangan nampak yang tak seimbang, antara 72 keluarga dan sahabat Imam Husain dengan ribuan pasukan Yazid. Imam Husain berdiri sendirian. Hampir semua keluarga dan sahabatnya telah syahid. Tersisa beberapa perempuan dan Ali Zainal Abidin kecil, cicit Rasulullah yang tengah sakit berlindung dibalik tenda. Ada bulir bening disudut mata cucu nabi tercinta. Pandangannya melihat kejauhan pasukan Yazid bersiap menyerang lagi. Zainab mendekat. "Wahai kakakku Husain, apa yang membuatmu menangis?" Bukan tidak pedih melihat satu per satu keluarganya dibantai, bukan tidak perih menahan haus akibat sumber air yang diblokir musuh. Tapi Husain menangis karena sesuatu yang lain. "Aku menangis karena sepeninggalku nanti siapa yang akan melindungi anak-anak yatim?. Siapa yang akan membela hak orang-orang lemah dan miskin (mustadhafin) yang (akan)

Peristiwa Ghadir Khum dan Kecintaan pada Imam Ali

Gambar
Ilustrasi peristiwa Ghadir Khum (gambar: ABNA) M Haris Syah Tahun ke-10 Hijriah, Nabi Muhammad SAW bersama ratusan ribu kaum muslimin menunaikan ibadah haji. Khusus bagi Baginda Nabi, itu adalah hajinya yang terakhir (haji wada). Momentum berkumpulnya kaum muslimin yang harus beliau manfaatkan sebaik-baiknya untuk menyampaikan kesempurnaan Islam, sebelum berpulang pada sang Khalik. Dalam perjalanan pulang dari Mekkah ke Madinah, Jibril mendatangi nabi dengan membawa Al Maidah 67; tepat pada 18 Dzulhijjah. "Wahai Rasul, sampaikanlah (balligh) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak engkau lakukan maka engkau tidak menjalankan risalahNya. Dan Allah memelihara engkau dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir" Nabi kemudian meminta kaum muslimin berhenti di suatu tempat antara Mekkah dan Madinah, bernama Ghadir Khum. Ia memerintahkan sahabat mengumpulkan bebatuan untuk dijadikan mimbar. Beliau lalu berpidato diatas mimbar