Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Opsi Kedua

Gambar
Kata orang bijak, hidup adalah tentang pilihan-pilihan. Opsi-opsi.  Seperti tulisan ini. Awalnya, paragraf pertamanya saya hendak bikin seperti ini; 'dunia jurnalistik tanah air akhir-akhir ini dihebohkan dengan penangkapan WP. Seorang yang mengaku jurnalis'.  Tapi setelah saya pikir-pikir, yang heboh siapa, yang dihebohkan apa? Teman-teman jurnalis profesional malah tidak kenal WP selain dari berita konyol soal mahasiswi, 2016 lalu. Maka saya memilih opsi kedua. Tulisan ini saya awali ya seperti diatas itu. Mengutip quote. Ala-ala. Ulasan jurnalis senior M Dahlan Abubakar  rasanya cukup soal kasus WP. Melengkapi penjelasan kadis kominfo dan kapolres. Meski blio juga ngaku sempat tertipu oleh 'kehebohan' WP. Sebagaimana seorang anggota DPR-RI juga berstatement tanpa ngerti duduk percoalan.  Pembahasan mengenai WP saya anggap tamat.  Tapi ini masih tentang opsi. Kita bisa memilih ikut-ikutan ribut -sebagaimana budaya kita-. Atau kita pilih opsi kedua. Rileks. Agar tidak

Belajar Humas Era 5.0

Gambar
Beberapa hari lalu, saya dikirimi link berita oleh seorang kawan. Isinya tentang humas salah satu pemda di Indonesia yang bakal mengontrak influencer. Saya sendiri seorang guru. Tetapi karena punya pengalaman jurnalistik beberapa tahun, saya diperbantukan di Dinas Kominfo. Baru beberapa bulan.  Membaca link berita itu, dengan berada di lingkungan humas, membuat saya semakin ngeh. Makin melek dan tersadar bahwa dunia kehumasan jelang era 5.0 sudah sangat berubah. Dulu saat saya jurnalis, berita teks plus foto pendukung sudah cukup menjadi senjata humas. Sekarang? Maka saya melakukan riset. Kecil-kecilan tentu. Saya membaca makalah dan menyimak ringkasan seminar kehumasan. Saya juga mengingat-ingat kembali diskusi saya dengan beberapa teman yang lebih dulu aktif sebagai humas, dan tentu searching di Google.  Hasil riset itu ingin saya rangkum lewat poin. Mana tau berguna kedepannya. * Humas adalah praktik mengelola penyebaran informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat. Begi

MTG yang Kukenal

Gambar
 14 Januari 2021 Muslimin Tanra Gany, ia akrab disapa Miming. Teman-teman juga biasa menyingkat namanya jadi MTG. Saya mengenal beliau sejak awal tugas di Parepare.  Waktu itu sebuah massenger masuk. Menginfokan dugaan pungli. Korbannya puluhan orang. Kalau tidak salah totalnya sampai Rp70 juta. Kasus itu menggelinding di media, dan akhirnya pungutan itu dikembalikan.  Sampai sekarang kalau saya ketemu, mereka tak henti berterimakasih. Bonusnya ditraktir makan atau  ngopi. Padahal itu semata berkat keberanian MTG. Waktu pangkatnya tertahan bertahun-tahun, MTG melawan. Ia dituding macam-macam. Mulai dari malas ngantor sampai tidak netral pada Pilkada.  Miming kembali melawan. Ia berpegang teguh pada asas  actori incumbit onis probandi.  Siapa yang mendalilkan, ia yang harus membuktikan. Faktanya, ia tidak pernah sekalipun diberi sanksi apalagi teguran. Lantas tetiba pangkatnya ditahan. Ia menembus Ombudsman, dan KASN. Tak gentar berseberangan dengan penguasa. MTG bilang, agar jadi conto