Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Dg Sila, Terima Kasih Legenda !

Gambar
M Haris Syah MAKASSAR Saya mengawali karir sebagai jurnalis olahraga. PSM menjadi desk liputan yang memang saya pilih, semata karena hobi sepakbola dan kesempatan lebih dekat dengan tim kebanggaan, Juku Eja. Saya rasa, semua jurnalis olahraga di Sulsel suka meliput PSM. Juga, hampir seluruh media ‘wajib’ menempatkan satu reporternya di desk PSM. Tugas pertama saya sebagai reporter PSM, adalah meliput persiapan pertandingan ujicoba saat jeda ISL. Hari itu, saya ingat persis. 26 Maret 2014, PSM akan away ke Semen Padang. Sang kapten Syamsul Chaeruddin mungkin tidak tau, dia adalah narasumber pertama saya. Saat itu saya menemuinya di Karebosi. Dg Sila latihan terpisah dengan skuat. Dia hanya melakukan gerakan-gerakan kecil dipinggir lapangan, bersama dua penyerang Andi Oddang dan Kaharuddin. Mereka sedang cedera. Saya menghampirinya agak malu-malu. Maksudnya sih mau wawancara. Syamsul -bagi orang kampung seperti saya- hanya biasa saya saksikan di TV tetangga. "Bisa jaki ma

Media Cetak dan Senjakala yang Datang Lebih Cepat

Gambar
Saya masih sangat hafal, harga majalah Bola Rp7000 medio 2005... Setiap Selasa dan Jumat,,, uang jajan di SMA mesti sy sisihkan, untuk sekadar tau bagaimana pergerakan klasemen Liga Italia dan Inggris, sudah diperingkat berapa tim kesayangan, Liverpool. Waktu itu belum ada livescore. Untuk berita lokalan, paling halaman pertama yg saya cari adalah sepakbola nasional. Sudah berapa gol yang dicetak Ronald Fagundez di PSM. Atau sok-sok'an membantah analisis canggih bung Ian Situmorang.. Beranjak kuliah, om yang saya tempati numpang tinggal berlangganan Kompas. Saya paling senang membaca kolom Kilasan Kawat Dunia. Isinya peristiwa-peristiwa unik dari manca negara. Gaya penulisannya yang ringkas padat juga menarik. Saat dipanggil masuk ruang dosen (paling sering gegara malas masuk kuliah, atau memprovokasi teman2 turun demo) yang pertama sy cari bukan dosennya, tetapi koran langganan kampus. Tribun Timur, FAJAR dan Parepos saat itu sudah hadir digantung rapi disudut ruangan.

Om Simon, dari Maumere Menantang Kerasnya Parepare

Gambar
M Haris Syah PAREPARE Namanya Simon, asli Maumere, Flores. Dia senang disapa Om Simon. Pria berkulit legam yang jika anda di Parepare, mungkin pernah anda dapati menyusuri jalan. Atau mungkin pernah mampir mengetuk rumah anda, menawarkan jasanya. Simon bekerja sebagai 'tukang kebun'. Setiap hari dia berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan tenaganya membersihkan halaman rumah. Setiap hari pula, dia menenteng karung berisi bermacam-macam alat. Cangkul kecil, parang, sabit, juga ada gunting rumput. "Sampah, rumput, bahkan pohon juga bisa. Pokoknya sampai halamannya rumah bersih, saya bisa kerjakan," kata Simon, saat membersihkan halaman salah satu rumah di perumahan Yasmin Garden. Sebidang halaman untuk rumah tipe 36 hingga 45, bisa dia bersihkan dalam waktu 2 jam. Hasil kerjanya memuaskan, demikian kata salah satu warga. Upahnya berkisar Rp50ribu sampai Rp100 ribu. Saat upahnya itu disodorkan, dia tersenyum lebar memamerkan giginya yang putih. &quo

Saking Miskinnya, Dia Hanya Makan Jagung Kering

Gambar
M HARIS SYAH Lemoe Tidak begitu sulit menemukan rumah itu. Sebenarnya lebih pantas disebut gubuk. Berdiri ringkih dipinggir jalan Lingkar, Lemoe Parepare. Penulis mengunjunginya beberapa waktu lalu. Ada rasa khawatir saat menaiki anak tangganya yang keropos. Bisa ambruk sewaktu-waktu. Gubuk itu doyong ke kanan. Tiga batang potongan pohon menyangganya, sementara sisi kiri diikat tambang pada tiang listrik. Didalamnya tinggal nenek Deleng, orangtua berusia 70 tahun. Dia sedang mengeringkan jagung saat penulis menyapa salam. Belakangan penulis tau, jagung kering itu nantinya dia masak untuk dimakan layaknya nasi. “Ini untuk dimakan nak, kalau ada beras kita syukur, kalau tidak ada kita makan jagung lagi,” katanya. Kami berbincang diteras. Disamping gubuknya memang ada sawah tadah hujan. Tidak begitu luas. Kira-kira seukuran lapangan tenis. Sawah itu dia garap sendiri, tentu dengan dibantu tetangga sesama petani yang berbaik hati membajak sawahnya. Dipematang sawah itu ditanami