Om Simon, dari Maumere Menantang Kerasnya Parepare
M Haris Syah
PAREPARE
Namanya Simon, asli Maumere, Flores. Dia senang disapa Om Simon. Pria berkulit legam yang jika anda di Parepare, mungkin pernah anda dapati menyusuri jalan. Atau mungkin pernah mampir mengetuk rumah anda, menawarkan jasanya.
Simon bekerja sebagai 'tukang kebun'. Setiap hari dia berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan tenaganya membersihkan halaman rumah. Setiap hari pula, dia menenteng karung berisi bermacam-macam alat. Cangkul kecil, parang, sabit, juga ada gunting rumput.
Namanya Simon, asli Maumere, Flores. Dia senang disapa Om Simon. Pria berkulit legam yang jika anda di Parepare, mungkin pernah anda dapati menyusuri jalan. Atau mungkin pernah mampir mengetuk rumah anda, menawarkan jasanya.
Simon bekerja sebagai 'tukang kebun'. Setiap hari dia berjalan kaki dari rumah ke rumah menawarkan tenaganya membersihkan halaman rumah. Setiap hari pula, dia menenteng karung berisi bermacam-macam alat. Cangkul kecil, parang, sabit, juga ada gunting rumput.
"Sampah, rumput, bahkan pohon juga bisa. Pokoknya sampai halamannya rumah bersih, saya bisa kerjakan," kata Simon, saat membersihkan halaman salah satu rumah di perumahan Yasmin Garden.
Sebidang halaman untuk rumah tipe 36 hingga 45, bisa dia bersihkan dalam waktu 2 jam. Hasil kerjanya memuaskan, demikian kata salah satu warga. Upahnya berkisar Rp50ribu sampai Rp100 ribu. Saat upahnya itu disodorkan, dia tersenyum lebar memamerkan giginya yang putih.
"Menurut saya pekerjaan ini adalah pekerjaan paling baik yang bisa saya kerjakan. Karena tetes keringat saya sendiri," ucapnya yakin.
Sejak tinggal di Parepare, dirinya sudah 7 tahun bekerja sebagai tukang kebun. Meski penghasilan yang ia perolah tidak menentu dan alakadarnya, namun dia bisa menghidupi keluarganya yang tinggal ngontrak di Perumnas.
"Anak saya ada tujuh. Empat sudah menikah, tiga belum. Mereka juga kerja begini," kata Simon, menyiratkan usianya yang tidak lagi muda.
Balik beberapa tahun lalu dia masih mampu jalan kaki menawarkan jasa, dari Perumnas ke Lumpue, atau dari Perumnas ke Soreang. Disisa-sisa tenaganya sekarang, kadang dia mengeluh kecapean saat berjalan kaki jauh.
Harapannya, jika pemerintah berkenan memberi bantuan, satu unit motor akan sangat bermanfaat bagi dia, keluarga dan pekerjaannya. "Biar bekas dan murah. Asal tidak perlu jalan kaki lagi," harapnya. (*)
Komentar
Posting Komentar