Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)



Ulama generasi pertama lebih merakyat dan berdakwah tanpa memberangus adat leluhur Sulsel, sehingga jejak mereka bisa ditemukan dipelbagai sisi adat budaya lokal

M HARIS SYAH
Belawa

Salah satu yang membuat ulama generasi pertama tidak tercatat dalam referensi sejarah, adalah karena target dakwah mereka bukan kalangan elit kerajaan, yang menguasai ilmu menulis atau mendokumentasikan sejarah. Begitu tiba di Sulsel, yang pertama kali mendapat sentuhan ajaran tauhid adalah kaum kebanyakan, rakyat pesisir hingga pedalaman.

"Sayyid Jamaluddin Husain Al Qubra juga demikian. Bahkan yang pertama kali dilakukan beliau adalah mengamati budaya setempat dan mempelajari kebutuhan rakyat. Namun mereka terlalu tawadu untuk dikenal dilembar manuskrip sejarah," kata budayawan, Andi Rahmat Munawar.

Beliau mengajak rakyat untuk mengenal ajaran tauhid, sembari merangkul dan berasimilasi dengan adat budaya setempat. Sehingga banyak ritual agama yang kental dengan nilai budaya, baik itu di Bugis, Mandar maupun Makassar. Begitupula sebaliknya, adat budaya yang telah dilakukan sebelum Islam datang, kini sarat nilai-nilai keislaman.

Rahmat memaparkan, ketika Sayyid Jamaluddin dan pengikutnya tiba di Wajo, tepatnya didaerah Belawa dia langsung tahu bahwa masyarakat disana gemar berlatih langka' atau silat bugis. Dia pun ikut mengadakan latihan tertutup yang membuat masyarakat penasaran, karena silat bugis itu dipadu dengan beladiri Arab. "Mereka-pun mendaftar ikut. Disela latihannya sore sampai malam, Sayyid Jamaluddin dan pengikutnya menggelar salat Magrib. Masyarakat sedikit demi sedikit ikut meski hanya sekedar meniru gerakan salat. Akhirnya banyak diantara mereka mengucap syahadat," jelasnya.

Belakangan, arena latihan yang bernama langka arab menjadi langkara. Kata ini yang kemudian menjadi langgara. Peneliti Unhas, Supratman Athana menyebut Belawa sendiri kemudian menjadi pusat dakwah Sayyid Jamaluddin. Nama Belawa dibentuk dari suku kata 'Baa+ Alawi’. Ba, dalam
bahasa Persia, itu berarti 'dengan atau bersama-sama' dan 'Alawi' adalah panggilan untuk keturunan Nabi Muhammad.

"Sayyid Jamaluddin adalah keturunan Nabi Muhammad. Jadi, 'Belawa' berarti bersama-sama dengan keturunan nabi. Dalam hal ini beliau bersama para pengikut dan masyarakat setempat," jelas Supratman.

Tokoh masyarakat Belawa, Abdul Jalil (77) mengatakan langgar yang dulu ditempat berdakwah itu kini telah menjadi Mesjid Darussalam. Meski saat itu belum berupa mesjid, namun besar kemungkinan lokasi itu adalah pusat kegiatan agama Islam tertua di Sulawesi. "Itu baru jadi mesjid pada tahun 1947. Jauh sebelumnya, disanalah para alawi berkumpul mengajarkan Islam pada nenek moyang orang Belawa," urai ayah Camat Belawa, Ahmad Djahran itu.

Setelah berhasil berdakwah di Belawa, sebagian ulama generasi pertama lambat laun mulai bergeser termasuk Sayyid Jamaluddin yang ke Tosowa. Namanya tentu tidak tercatat sejarah, apalagi Lontara Wajo baru ditulis pada tahun 1500.

"Murid-muridnya beliau yang melanjutkan dakwah, sampai turun hingga ulama terdahulu yang bernama Syeh Sagena, lidah bugis menyebutnya Sehe Sagena atau puang Sehe, sampai sekarang makamnya ramai dikunjungi karena beliau dianggap sakti dan memiliki karomah. Belawa lalu mendapat julukan Bumi Tosagena'e hingga kini," bebernya.

Apakah pengaruh ulama generasi pertama itu hanya sampai disitu ? tentu tidak. Penelusuran penulis mengungkap hal menarik lain. Cerita lisan turun temurun seperti pekeang urane, cenning rara hingga kisah sawerigading diduga terpengaruh Islam Persia. Beberapa bahasa Persia seperti waju juga ikut terserap dalam bahasa Bugis, Makassar dan Mandar,

Penamaan anak perempuan bugis, Saribanong diduga terilhami oleh Syahribanu, Putri Raja Persia yang dinikahi oleh Husein bin Ali bin Abi Thalib. Perayaan hari besar Islam seperti Maudu Lompoa di Cikoang dan Maros serta asyura di Suku Mandar hingga ilmu bersetubuh atau assikalibineang kaya akan pengaruh Islam Persia. Lantas dari manakah akar sejarah nenek moyang kita mengetahui semua yang yang demikian itu?. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang