Saking Miskinnya, Dia Hanya Makan Jagung Kering



M HARIS SYAH

Lemoe

Tidak begitu sulit menemukan rumah itu. Sebenarnya lebih pantas disebut gubuk. Berdiri ringkih dipinggir jalan Lingkar, Lemoe Parepare. Penulis mengunjunginya beberapa waktu lalu.

Ada rasa khawatir saat menaiki anak tangganya yang keropos. Bisa ambruk sewaktu-waktu. Gubuk itu doyong ke kanan. Tiga batang potongan pohon menyangganya, sementara sisi kiri diikat tambang pada tiang listrik. Didalamnya tinggal nenek Deleng, orangtua berusia 70 tahun.

Dia sedang mengeringkan jagung saat penulis menyapa salam. Belakangan penulis tau, jagung kering itu nantinya dia masak untuk dimakan layaknya nasi. “Ini untuk dimakan nak, kalau ada beras kita syukur, kalau tidak ada kita makan jagung lagi,” katanya. Kami berbincang diteras.

Disamping gubuknya memang ada sawah tadah hujan. Tidak begitu luas. Kira-kira seukuran lapangan tenis. Sawah itu dia garap sendiri, tentu dengan dibantu tetangga sesama petani yang berbaik hati membajak sawahnya. Dipematang sawah itu ditanaminya dengan jagung.

Pelik masalah buat Nenek Deleng. Dia tidak mengantongi KTP Parepare. Sehingga bantuan raskin tidak pernah mampir di gubuknya. Padahal, dia sudah 20 tahun tinggal disana.

Sungguh bukan pilihan Nenek Deleng untuk hidup miskin. Namun dia berprinsip, soal rezeki itu tuhan yang atur. Mungkin karena itulah dia bisa bertahan hidup meski dengan kondisi amat miris.

“Rezeki selalu ada nak, biar sekadar untuk makan saja. Dulu waktu pu’ Zain (Zain Katoe, red) walikota, itu beras biasa dia antar sendiri, betah lama duduk disini cerita-cerita apa saja,” kenangnya, sembari mengaduk jagung kering itu.

Nenek Deleng juga ternyata berasal dari keluarga pejuang perang. Sebuah pin emas khas veteran disimpannya baik-baik dilemari satu-satunya yang ada didalam gubuk itu. “Bapakku namanya Kallolo’, dia dulu pejuang. Saat kita diserbu Belanda, mereka lari masuk hutan. Biasa saya dari Lakessi keluar masuk hutan, mengantar makanan yang disembunyi dalam tumpukan garam,” kenangnya. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)