Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Setahun Senyum itu Pergi

Gambar
Ini ditulis pada hari Zain Katoe wafat ------------------------------------- Selamat jalan Senyum itu... Obituari adalah berita tentang seseorang yang baru saja meninggal dunia. Biasanya dibuat untuk orang-orang besar. Atau setidaknya ba gi orang-orang yang selama hidupnya memberikan banyak inspirasi. Begitu kata Wikipedia. Selama menjadi jurnalis, saya beberapa kali menulis orbituari. Sebagian besar diantaranya tokoh-tokoh di Makassar. Biasanya jika terbit cetak, latar belakangnya akan dibuat lebih gelap, hitam sebagai tanda duka... Pagi ini saya kembali menulis sepenggal orbituari. Mantan walikota Parepare Zain Katoe baru saja dipanggil kembali keharibaanNya. Tetapi tidak seperti biasanya, saya kesulitan menulis inspirasi terbaik yang pernah dilakukan tokoh yang satu ini. Bukan karena tidak ada, namun karena kisah kekaguman dan puji-pujian orang sekitar saking banyaknya, saya sulit memilah yang mana yang mesti diangkat ke permukaan. Perkenalanku-pun dengan ZK tidak la

Hasim dan Hamsia, Kisah Dua Bocah Putus Sekolah di Sidrap

Gambar
* Kayuh Becak Puluhan Kilometer Setiap Hari dari Lancirang ke Pangkajene Dua becak beriringan, dikayuh pelan oleh betis-betis mungil milik dua bocah. Kaki mereka kumal, tanpa sandal. Keringat bercucuran menantang terik menyusuri jalan raya. Hamsah dan Hamsia, demikian mereka memperkenalkan diri. Dua bersaudara ini berusia masing-masing 10 dan 9 tahun. Penulis menemui keduanya dijalur Trans Sulawesi, tepatnya di Empagae, Sidrap, Senin 7/1. Hamsia nampak lebih ramah saat diajak bicara. Rambutnya tergulung keatas, ditutupi topi lusuh. Ia mengenakan celana pendek dan baju bola berwarna pink yang kebesaran, mungkin punya kakaknya. Mereka mengayuh becak itu dari rumah mereka di Lancirang, menuju Kota Pangkajene. Atap becak itu dilepas agar menampung muatan lebih banyak. Ada lima karung berisi plastik dan kardus bekas dijejal diatasnya. "Buat dijual (ke pengepul, red) kak. Bantu orangtua," kata Hamsia terbata-bata. Dalam sehari mereka bisa dua kali bolak-balik Lanciran

Jangan Menerima Tamu Orang Syiah, Nanti Urusannya Bakal Panjang....

Gambar
Tentu judul tersebut hanya sekadar satire. Ini harus saya sampaikan lebih awal, karena penafsiran yang mungkin macam-macam. Nanti malah urusannya panjang, eh... Beberapa hari belakangan, dunia akademik dihebohkan dengan pernyataan Rektor UIN Alauddin Prof. Musafir Pababari. “Jangankan Syiah, komunis pun saya terima di UIN Alauddin. Dan sudah berapa yang datang di UIN, yang humanis, yang komunis, yang tidak ada masalah sama saya. Saya terima semua,” demikian dikutip sejumlah media. Pernyataan itu disampaikan Rektor saat berdialog dengan Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Indonesia Timur, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Sulawesi Selatan, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Muslim Makassar, Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI), dan Forum Arimatea Sulsel, di ruang kerjanya di kampus II UIN, Samata, Kabupaten Gowa, pada Rabu (27/12/2017). Mereka mengkritisi kedatangan Ghasem Muhammadi dan Ebrahim Zargar, pengajar dari Al Mustafa International University of Iran,