Setahun Senyum itu Pergi

Ini ditulis pada hari Zain Katoe wafat
-------------------------------------


Selamat jalan Senyum itu...
Obituari adalah berita tentang seseorang yang baru saja meninggal dunia. Biasanya dibuat untuk orang-orang besar. Atau setidaknya bagi orang-orang yang selama hidupnya memberikan banyak inspirasi. Begitu kata Wikipedia.
Selama menjadi jurnalis, saya beberapa kali menulis orbituari. Sebagian besar diantaranya tokoh-tokoh di Makassar. Biasanya jika terbit cetak, latar belakangnya akan dibuat lebih gelap, hitam sebagai tanda duka...
Pagi ini saya kembali menulis sepenggal orbituari. Mantan walikota Parepare Zain Katoe baru saja dipanggil kembali keharibaanNya. Tetapi tidak seperti biasanya, saya kesulitan menulis inspirasi terbaik yang pernah dilakukan tokoh yang satu ini. Bukan karena tidak ada, namun karena kisah kekaguman dan puji-pujian orang sekitar saking banyaknya, saya sulit memilah yang mana yang mesti diangkat ke permukaan.
Perkenalanku-pun dengan ZK tidak lama. Saya pertama kali bertemu beliau saat saya masih aktivis HMI dan beliau masih menjabat walikota. Kala itu entah tahun kapan. kak M Salman Liah AlFarisi meminta audiens, dan beliau dengan senang hati bertemu kami. "Kopiah kita sama," kata ZK saat itu. Kami sama-sama memakai kopiah hijau hitam. Senyum selalu mengembang diwajahnya.
Ditugaskan kembali ke Parepare, senyum itu masih sama. Kisah legendaris mengenai ketokohannya kerap kudengar. Warga rindu ternyata...
Ada kisah saat beliau mengangkut sendiri sekarung beras hingga kedepan pintu warganya yang miskin. Ada cerita mengenai keramahannya kepada siapapun, dari tukang becak dipinggir jalan hingga pejabat bawahannya sendiri. "campa'-campa' na je' pak Zain. Napakaraja tau we," begitu kata orang.
Jika diterjemahkan bebas artinya kira-kira "cara beliau memperlakukan orang lain sangat lembut (campa'; menepuk-nepuk punggung atau kepala sebagai tanda kasih). Menghormati setiap orang layaknya raja, dan tidak membeda-bedakan). Tentu satu sikap yang langka dimiliki seorang walikota.
Beberapa bulan lalu, saya masih biasa menjumpainya sedang menikmati kopi. Dan senyum itu masih sama... (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)