Hasim, Hamsia dan Hasni



Sore ini saya ketemu Pak Basri (tapi dia memperkenalkan diri dengan nama Abbas) dan tiga anaknya, Hasim, Hamsia, dan Hasni. Nama anak-anaknya berima. Saya ingat bocah-bocah ku dirumah, Hasan dan Husain.

Sebelumnya, awal tahun 2018 silam saya sudah pernah ketemu Hasim dan Hamsia. Situasinya sama. Mereka menyusuri jalan dari Pangkajene ke Lancirang membawa plastik bekas untuk dijual. Bukan jarak yang dekat. Sekira 40 km pulang pergi. Apalagi jika hanya pakai gerobak dan becak, bisa 2-3 jam. Dalam sehari, mereka bisa bolak-balik tiga kali.

Sekarung plastik, dihargai 2-3 lembar uang dua ribuan. Nampaknya, pekerjaan berat itu masih mereka lakoni hingga kini.

Pak Abbas mengayuh gerobak. Diantara tumpukan muatannya, ada perempuan paruh baya. Mungkin istri pak Abbas. Saya tidak sempat tanyakan. Sementara si Hasim mengayuh becak bersama adik-adiknya. Hamsia kadang mengganti kakaknya jika kelelahan. Betis mungilnya menekan pedal dengan kepayahan. Hati siapapun akan teriris melihatnya.

Mereka nampak kotor dan dekil. Si bungsu Hasni tak beralas kaki. Rambut anak-anak itu memerah, pertanda keseringan berpanas-panas dibawah terik.

Waktu saya temui awal tahun lalu, Hasim dan Hamsia putus sekolah. Sekarang, kata pak Abbas, Alhamdulillah sudah kembali bersekolah. Saya melirik kembali gerobak itu. Ada tas dan beberapa buku terselip diantara tumpukan plastik dan besi. Hamsia juga nampak mengenakan jilbab merah, yang biasa dipakai sekolah.

Meski sudah sekolah lagi, tetapi tetap saja anak-anak sekecil itu belum pantas bekerja keras. Hasim seharusnya ada dilapangan dekat rumahnya, bermain bola dengan kawannya. Hamsia juga, seharusnya sedang asik lompat tali dengan sebayanya. Hasni apalagi. Saya prakirakan, dia baru 3-4 tahun.

Saya sebenarnya ingin berlama-lama cerita dengan pak Abbas ini. Sayang ia juga irit bicara. Ingin kusampaikan setumpuk teori tentang perkembangan anak. Tapi saya juga tau, orangtua bocah malang ini tidak punya banyak pilihan. Mungkin mereka bingung anak-anak itu tidak ada yang jagai, saat Abbas dan istrinya menarik gerobak.

Mungkin solusinya, pak Abbas diberi bantuan motor gerobak. Yang tiga roda itu loh. Dengan begitu, mereka bisa lebih cepat mengangkut plastik ke kota. Hasim, Hamsia dan Hasni akan punya lebih banyak waktu luang, ketimbang menghabiskan 2-3 jam di jalanan.

Jika berkenan membantu, bisa berkunjung ke rumah mereka di Jalan Samalangi Lancirang. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)