Ajarkan Berkebun di Lahan Sempit
*Dari Makassar Green Culture Festival
Kata 'berkebun' biasanya diasosiasikan dengan pedesaan dan tanah yang luas. Namun Komunitas Makassar Berkebun mencoba menerapkan urban farming ditengah perkotaan memanfaatkan lahan sempit. Hal tersebut coba diajarkan lewat Makassar Green Culture Festival
M HARIS SYAH
Fort Rotterdam
Suasana Benteng Fort Rotterdam Jumat sore kemarin, 14 Nopember lebih ramai dari biasanya. Ditengah benteng dipamerkan berbagai jenis tanaman dalam pot, sayur-sayuran, serta tanaman merambat. Di beberapa sudut terlihat anak-anak kecil tengah asik mewarnai gambar, sementara di sudut lain pengunjung dewasa tengah menyimak pemaparan tentang urban farming dari Komunitas Makassar Berkebun.
Itulah sepenggal aktivitas di acara Makassar Green Culture Festival. Event ini memberi edukasi kepada masyarakat, anak-anak hingga dewasa tentang pemanfaatan lahan sempit perkotaan untuk berkebun, atau biasa disebut urban farming. "Karena itu kami mengundang mulai dari anak TK, otomatis orangtuanya juga turut serta, kepada mereka kami sosialiasailan urban farming ini," jelas koordinator acara, Asrul.
Lebih lanjut, Asrul yang mengenakan pakaian adat Bugis Makassar ini menjelaskan, diperkotaan kita bisa menghijaukan lingkungan dengan menanam pakai pot, hidroponik serta menanam tumbuhan yang merambat ke atas, tanaman variatif atau tanaman kerdil. Dengan begitu tidak butuh banyak ruang dan perawatan ekstra. Penggunaan pot gantung dan kontainer juga bisa dipertimbangkan.
Event tersebut digagas oleh Komunitas Makassar Berkebun. Support penuh dari Pemkot Makassar mereka dapatkan karena misinya sejalan dengan program Makassarta Tidak Rantasa (MTR). Bahkan Pemkot menjadikan event komunitas ini sebagai agenda tahunan. "Kami menggagas lorong kumuh menjadi hijau di beberapa deerah, terakhir di Kelurahan Tallo," beber Asrul.
Salah seorang pengunjung, Rukman mengaku mendapat ide-ide kreatif dari pemaparan urban farming ini. Ia menyebut akan mencoba menghijaukan bagian rumahnya sesuai petunjuk yang ia pelajari. "Menarik dicoba, sebab kalau ada tanaman pasti lingkungan lebih sejuk dan bersih," kata warga Rappokalling itu.
Kegiatan kemarin juga menghadirkan Fadly Padi serta komunitas Indonesia Berkebun. Selain itu komunitas yang berdiri sejak tahun 2011 ini juga menggelar pentas budaya Bugis Makassar, pesta panen, serta kegiatan kreatif lainnya. Semuanya bisa dinikmati gratis oleh warga yang datang berkunjung. (ris)
Kata 'berkebun' biasanya diasosiasikan dengan pedesaan dan tanah yang luas. Namun Komunitas Makassar Berkebun mencoba menerapkan urban farming ditengah perkotaan memanfaatkan lahan sempit. Hal tersebut coba diajarkan lewat Makassar Green Culture Festival
M HARIS SYAH
Fort Rotterdam
Suasana Benteng Fort Rotterdam Jumat sore kemarin, 14 Nopember lebih ramai dari biasanya. Ditengah benteng dipamerkan berbagai jenis tanaman dalam pot, sayur-sayuran, serta tanaman merambat. Di beberapa sudut terlihat anak-anak kecil tengah asik mewarnai gambar, sementara di sudut lain pengunjung dewasa tengah menyimak pemaparan tentang urban farming dari Komunitas Makassar Berkebun.
Itulah sepenggal aktivitas di acara Makassar Green Culture Festival. Event ini memberi edukasi kepada masyarakat, anak-anak hingga dewasa tentang pemanfaatan lahan sempit perkotaan untuk berkebun, atau biasa disebut urban farming. "Karena itu kami mengundang mulai dari anak TK, otomatis orangtuanya juga turut serta, kepada mereka kami sosialiasailan urban farming ini," jelas koordinator acara, Asrul.
Lebih lanjut, Asrul yang mengenakan pakaian adat Bugis Makassar ini menjelaskan, diperkotaan kita bisa menghijaukan lingkungan dengan menanam pakai pot, hidroponik serta menanam tumbuhan yang merambat ke atas, tanaman variatif atau tanaman kerdil. Dengan begitu tidak butuh banyak ruang dan perawatan ekstra. Penggunaan pot gantung dan kontainer juga bisa dipertimbangkan.
Event tersebut digagas oleh Komunitas Makassar Berkebun. Support penuh dari Pemkot Makassar mereka dapatkan karena misinya sejalan dengan program Makassarta Tidak Rantasa (MTR). Bahkan Pemkot menjadikan event komunitas ini sebagai agenda tahunan. "Kami menggagas lorong kumuh menjadi hijau di beberapa deerah, terakhir di Kelurahan Tallo," beber Asrul.
Salah seorang pengunjung, Rukman mengaku mendapat ide-ide kreatif dari pemaparan urban farming ini. Ia menyebut akan mencoba menghijaukan bagian rumahnya sesuai petunjuk yang ia pelajari. "Menarik dicoba, sebab kalau ada tanaman pasti lingkungan lebih sejuk dan bersih," kata warga Rappokalling itu.
Kegiatan kemarin juga menghadirkan Fadly Padi serta komunitas Indonesia Berkebun. Selain itu komunitas yang berdiri sejak tahun 2011 ini juga menggelar pentas budaya Bugis Makassar, pesta panen, serta kegiatan kreatif lainnya. Semuanya bisa dinikmati gratis oleh warga yang datang berkunjung. (ris)
Komentar
Posting Komentar