Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Politik Dinasti Hambat Perempuan

Gambar
Partisipasi politik perempuan dianggap masih rendah. Kalaupun ada yang sukses, dia disebut hanya memanfaatkan nama besar keluarganya alias menggunakan politik dinasti. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi publik Afirmasi Politik Perempuan Jelang Pemilukada di Studio Mini Redaksi FAJAR, Senin 29 Desember. Komisioner KPU Sulsel Faisal Amir memandang, sangat jarang ada kepala daerah perempuan yang sukses murni dari bawah. Mereka, disebut masih memanfaatkan kekuasaan suami, saudara dan anggota keluarga lainnya. Hal ini lazim disebut politik dinasti. Karena itu menurut Faisal dalam Undang-Undang Pilkada hal tersebut bisa dihilangkan, termasuk mahar partai yang harus dibayarkan sang bakal calon. "UU Pilkada membuka kesempatan bagi calon lain yang benar-benar kompeten untuk mengambil peran," kata pria yang akrab disapa Ical ini. Senada, Akademisi UIN Alauddin Firdaus Muhammad menyoroti pendidikan politik bagi pengurus partai berjenis kelamin perempuan. "Pengurus Parpol seri

Kakek Nenek itu Kini Bisa Tidur Nyenyak

Gambar
Tempat berteduh milik sepasang kakek nenek Muhdianang (68 tahun) dan Arini (57 tahun) yang telah berbulan-bulan rusak parah, akhirnya diperbaiki. Mereka kini bisa tidur nyenyak tanpa khawatir rumahnya rubuh sewaktu-waktu. M HARIS SYAH Jalan Dr Leimena Kakek berambut putih itu menyambut dengan ramah. Muhdianang, demikian ia memperkenalkan diri. Ia persilahkan penulis masuk ke rumahnya. Kedua tangannya yang tampak ringkih masih belepotan dengan cat berwarna biru. Rupanya, ia tengah mengecat dinding rumah kayu itu. "Ini baru kemarin dipasang dindingnya nak, semuanya sudah selesai, tinggal di cat ini," katanya dengan dialek kental khas Makassar. Terakhir kali penulis mengunjungi kediaman Muhdianang pertengahan Juni lalu. Saat itu, rumah berukuran 4 x 10 meter itu hampir tak berbentuk. Siapapun tidak akan percaya bahwa petak itu ditinggali manusia. Saat menjejak tangga saja, gemeretak suara kayu yang mulai reyot terdengar jelas. Tiang-tiangnya keropos, membuat konstruksinya miri

Beri Saya Kesempatan Perbaiki Nilai

Gambar
*UIN Alauddin Pecat 702 Mahasiswa Kamis lalu, UIN Alauddin merilis Surat Keputusan (SK) tentang Drop Out (DO) terhadap 702 mahasiswa. Salah satu yang dipecat adalah Deswanto Manoppo. Mahasiswa asal Bulukumba ini gagal meraih IPK minimal 2,0. M HARIS SYAH UIN Alauddin Kegagalan Anto, -sapaan akrab Deswanto- meraih IPK minimal 2,0 bukannya tanpa alasan. Setahun terakhir, ia kerap meninggalkan bangku kuliah demi menjaga sang ayah, Nurman, yang sering keluar masuk rumah sakit. Semakin miris, hari Minggu, 22 Desember lalu, Nurman harus menghembuskan nafas terakhir, menyerah dari penyakit gagal ginjal yang menggerogoti tubuhnya. Belum reda kesedihan Anto kehilangan sosok ayah, kini ia harus pasrah mendapati namanya diantara 702 mahasiswa yang dicabut hak akademiknya. "IP-ku tidak cukup, saya akui memang jarang masuk kuliah karena harus jaga ayah di Bulukumba. Inimi juga yang sebabkan nilaiku banyak tertunda. Kalau aturannya memang begitu, mau-mi di apa," tutur mahasiswa semester

Dulu Rawan, Sekarang Nol Tindakan Kriminal

Gambar
M Haris Syah Tallo Menengok kembali Tallo sebelum 2014, kita akan temukan daerah berbahaya. Penganiyaan, pencurian hingga perkelahian kelompok acap terjadi. Polsek Tallo mencatat, terdapat delapan titik rawan konflik. Namun saat ini, kondisi berbeda mulai dirasakan warga Tallo. Keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) sudah jauh lebih baik. Saat FAJAR menyambangi Polsek Tallo, senyum salam dan sapa menyambut. Persis layanan hotel atau bank. Rupanya, itu adalah bagian dari program Kapolsek Tallo Kompol Woro Susilo dalam menjadikan kantornya nyaman bagi warga. Caranya, merubah mindset aparatnya menjadi pengayom yang baik. "Kita punya banyak program serupa, pelayanan yang ramah, mengajak warga turut serta menjadi duta Polsek, mengadakan kegiatan-kegiatan bersama. Intinya menjadikan Polisi sebagai sahabat untuk mendapatkan solusi, bukan sebagai sosok yang ditakuti," jelas Woro. Woro menyebut, perhatian itu dimulai dari hal-hal sederhana. Seperti mengunjungi ketika sakit,

Tokoh Sulsel Dibuatkan Taman Koruptor

Gambar
Sebanyak 11 tokoh Sulawesi Selatan masuk dalam taman koruptor versi Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi Selatan. Nama, foto serta kasus yang menjerat mereka dipajang dengan patok bambu di taman bawah Fly Over dan menjadi tontonan masyarakat yang melintas. Hal tersebut adalah rangkaian kegiatan Peringatan Hari Anti Korupsi di Fly Over, Senin 8 Desember. Tokoh-tokoh itu antara lain, mantan Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin yang menjadi tersangka kasus PDAM, mantan sekertaris provinsi Sulsel Andi Muallim yang menjadi tersangka kasus Bantuan Sosial (Bansos), dan Kepala Bappeda Pemrov Sulsel Sangkala Ruslan yang terlibat korupsi lahan Celebes Convention Centre (CCC). Ada pula nama mantan anggota DPRD Sulsel Mujiburrahman yang tersangkut kasus bansos, mantan Kadis PU Kota Parepare Imran Ramli yang menjadi tersangka korupsi damkar, mantan Kasubag Anggaran Pemrov Sulsel Anwar Beddu, serta mantan Ketua Komisi C DPRD Sulsel Adil Patu. Nama-nama mereka bersanding dengan koruptor kel