Kakek Nenek itu Kini Bisa Tidur Nyenyak


Tempat berteduh milik sepasang kakek nenek Muhdianang (68 tahun) dan Arini (57 tahun) yang telah berbulan-bulan rusak parah, akhirnya diperbaiki. Mereka kini bisa tidur nyenyak tanpa khawatir rumahnya rubuh sewaktu-waktu.

M HARIS SYAH
Jalan Dr Leimena

Kakek berambut putih itu menyambut dengan ramah. Muhdianang, demikian ia memperkenalkan diri. Ia persilahkan penulis masuk ke rumahnya. Kedua tangannya yang tampak ringkih masih belepotan dengan cat berwarna biru. Rupanya, ia tengah mengecat dinding rumah kayu itu.

"Ini baru kemarin dipasang dindingnya nak, semuanya sudah selesai, tinggal di cat ini," katanya dengan dialek kental khas Makassar.

Terakhir kali penulis mengunjungi kediaman Muhdianang pertengahan Juni lalu. Saat itu, rumah berukuran 4 x 10 meter itu hampir tak berbentuk. Siapapun tidak akan percaya bahwa petak itu ditinggali manusia. Saat menjejak tangga saja, gemeretak suara kayu yang mulai reyot terdengar jelas.

Tiang-tiangnya keropos, membuat konstruksinya miring ke kiri dan harus ditumpu dengan balok bekas. Saat istrinya, Arini menyuguhi segelas air. Sekilas penulis perhatikan garis permukaan air sangat tidak simetris dengan mulut gelas, menunjukkan rumah itu benar-benar miring.

Dinding yang terbuat dari seng juga sudah tak karuan, seperti baru terjadi baku tembak sehingga berlubang disana sini. Begitu pula, bocor diatapnya tidak bisa lagi dihitung dengan jari, membuat sinar matahari menerobos celah saat terik.

Namun sekarang hal tersebut berubah. Tiang-tiangnya sudah di-cor beton. Atap, dinding dan lantainya kini sudah diganti, meski dengan kayu bekas, setidaknya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

Rumah itu diperbaiki juga atas keprihatinan masyarakat. Mereka menyumbang lewat RT-RW masing-masing. Beberapa diantara warga juga menyumbang tenaga dengan menjadi tukang secara gratis. Akhirnya, hanya sebulan rumah itu kini berdiri kokoh. "Terima kasih nak, rumah saya sudah dibangun, saya tidak tahu harus balas dengan apa bantuannya orang-orang ini," kata nenek Arini

Pihak kelurahan yang sebelumnya disoroti karena dianggap abai terhadap kondisi warganya, juga mengusahakan bantuan. Lurah Tello Baru, Asiz Adam mendapatkan bahan bangunan dari PNPM dan BPBD. Selain itu juga ada pencairan proposal CSR dari salah satu perusahaan.

"Dulu memang kita kekurangan anggaran. Surat ke BPBD dan Dinas Sosial juga lambat direspon, tapi alhamdulillah sekarang bisa diusahakn perbaikan," jelas Asiz.

Sebelumnya awal Juni lalu, 17 rumah di Kelurahan Tello Baru rusak akibat angin puting beliung. Rumah ini salah satu yang kerusakannya paling parah, pasalnya rumah yang terletak di Jl Dr Leimena Lorong 10 itu memang sudah reot sebelumnya. Apalagi, kondisi ekonomi sepasang kakek nenek ini juga tidak begitu baik. Kakek Muhdianang hanya bekerja serabutan sementara istrinya Arini bekerja sebagai tukang cuci.

FAJAR kemudian memberitakan kondisi yang menimpa mereka. Setelah beberapa waktu, pihak kelurahan akhirnya merespon dengan mengusahakan bantuan untuk perbaikan rumah kayu tersebut. Kini setitik kebahagiaan mulai menyapa, keduanya berujar setidaknya mereka tidak lagi khawatir rumahnya rubuh sewaktu-waktu. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)