Kejujuran Rp10 Miliar
Kisah Tentara Jujur di Perbatasan Sulbar-Sulteng
Aksi heroik Serka Denny S Revie, yang berhasil menggagalkan perampokan Rp10 miliar ramai menuai pujian. Disisi lain, Babinsa yang bertugas di perbatasan Sulbar-Sulteng memang tiap hari berhadapan dengan tugas berat, bersama dua rekannya, ia menjaga 4000 warga di 15 desa terpisah.
M Haris Syah
Makodam VII/Wirabuana
Mengenakan seragam loreng khas tentara, Serka Denny menemui awak media di Markas Kodam VII/Wirabuana, Senin 26 Januari. Ia terlihat ramah meladeni pertanyaan satu per satu. Meski bukan pertama kalinya ia berhadapan dengan wartawan, tetapi tetap saja ia terlihat kikuk disorot belasan kamera.
Kepada FAJAR, Serka Denny secara khusus berkenan menceritakan suka duka menjadi Babinsa di perbatasan Sulbar-Sulteng. Tidak hanya bertugas menjaga 10 desa dengan 4000 penduduk, namun juga mengamankan perbatasan kedua provinsi. Tugas itu telah ia emban selama enam tahun terakhir.
Ia bertutur, 10 desa di wilayah pengamana Kodim 05/1428 Mamuju tersebut, terletak terpisah-pisah. Jarak yang harus ia tempuh ketika patroli hampir 20 kilometer. Parahnya, mereka hanya bertiga di daerah tersebut. "Kami memang kekurangan personil disini, hanya kami bertiga yang back-up polisi," ujarnya.
Sialnya jaringan telepon seluler juga tidak bisa diandalkan alias naik turun. Komunikasi yang sulit membuat dirinya kerap harus berkendara puluhan kilometer jika ada kejadian. "Kendaraan juga jadi masalah karena jarak tempuh dari satu desa ke desa lain yang terlalu jauh," jelasnya.
Meski demikian, dirinya mengaku bersyukur diberi kesempatan mengabdi bagi negara. Bahkan, salah seorang anaknya Diliyanto bertekad mengikuti jejak dirinya menjadi tentara. "Saya sudah jelaskan kehidupan tentara itu ya seperti ini. Tetapi dia tidak peduli. Dia baru lulus SMA kemarin dan menunggu pendaftaran prajurit TNI," bebernya.
Dengan segala suka duka itu, Ayah empat anak itu tidak pernah mengeluh. Buktinya, sudah enam tahun ia ditugaskan didaerah itu. Segala instruksi ia laksanakan tanpa pernah mendapat teguran. Alih-alih ditegur, hari ini Selasa 27 Januari, Kasdam VII/Wirabuana Brigjend Rukman Ahmad bakal memberinya piagam penghargaan atas aksi heroiknya.
Cerita bermula saat ia, sebagai anggota Babinsa kerap dimintai bantuan aparat kepolisian dalam melaksanakan tugas. Salah satunya saat dirinya tengah mangkal di pos perbatasan Mamuju - Donggala. Saat informasi perampokan sampai ditelinga Polisi, ia diminta membantu. ia mengusulkan agar perampok dicegat di pos itu dengan menyamar. Beruntung, polisi menerima usulnya.
Rencana-pun disusun, meski tanpa senjata ia bersama dua rekannya yang lain terbilang nekat mencegat tiap mobil yang melintas. Mobil ketiga yang dicegat berwarna silver dengan nopol DN 1161 AN. Mereka berpura-pura hendak menumpang ke Donggala. Saat sang supir lengah, kunci mobil dicabut dan terjadilah perkelahian diantara mereka.
"Mereka coba melarikan diri. kami sempat berkelahi tiga lawan tiga. Saat mereka mau cabut senjatanya langsung saya terjang, tangkap dan saya ikat pakai tali seadanya," tuturnya.
Dibagasi mobil lalu ditemukan uang terbungkus sarung dan didalam koper. Totalnya mencapai Rp10,4 miliar. Saat dihitung kembali di markas dan dicocokkan dengan data dari perusahaan korban perampokan PT Surya Raya Lestari, jumlahnya tidak berkurang sepeserpun.
Atas aksi beraninya itu, ia menuai banyak pujian. Padahal, jika mau ia dapat dengan mudah "menghilangkan" barang bukti uang tersebut. Kepala Penerangan Kodam VII/Wrb Letkol I Made Sutia menyebut Serka Denny adalah contoh prajurit yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan komitmen dan kejujuran.
"Ia akan mendapat penghargaan dari Panglima. Mudah-mudahan dapat dijadikan teladan bagi prajurit lainnya," ujarnya.
Denny dengan rendah hati menyebut aksi nekatnya itu sebagai bentuk pengabdian. "Sebagai bawahan tentu bangga, tetapi lebih bangga lagi kalau bisa amankan NKRI ditingkat yang lebih tinggi, sebagaimana dambaan setiap prajurit," pungkasnya. (ris)
Komentar
Posting Komentar