Rappang Masih Sejuk (Ditengah Gempuran Wahabisme)
Alhamdulillah subuh ini menyimak suyup ceramah dari mesjid dekat rumah di Rappang. Ustaznya meminta jamaah agar tidak gampang mem-bid'ah-kan amalan-amalan yang selama ini dipraktekkan orangtua terdahulu. Salahsatunya yang ia bahas adalah kurban. Idul Adha sebentar lagi. Beliau menjelaskan adat kebiasaan masyarakat berkurban (makkaroba) untuk orangtua yang telah wafat. Ustaz juga mengutip referensi dari ulama-ulama sejuk seperti Gurutta Pabbaja, Kali Sidenreng, dll. Sungguh kita harus banyak bersyukur, karena ulama terdahulu punya kedalaman ilmu yang luar biasa, dan dibarengi adab yang luhur. Penampilan mereka biasa-biasa saja. Tak perlu ke-Arab-arab-an. Sangat Bugis. Mereka juga tidak perlu memakai nama abu ini atau abu itu. Sangat-sangat Bugis. Lewat referensi ulama sekaliber mereka, penceramah kita subuh tadi memberi jalan tengah. Dengan cara berkurban atas nama si anak, namun pahalanya diniatkan kepada orangtua. "Apakah pahalanya sampai? Insya Allah sam