Susu Saset dan si Bungsu yang Sering Diare




Ibu dekil nan kurus ini bernama Nurlina. Warga Minrolang'nge, Kelurahan Bumi Harapan, Bacukiki Barat, Kota Parepare. Jalanan tak beraspal menuju rumahnya, sudah cukup menggambarkan bahwa mereka tidak terpantau angka-angka mistik prestasi berderet kota ini.

Saat saya datang (2016), ibu lima anak ini sedang mengupas mangga yang dia pungut didalam hutan. Dia jadikan asam untuk dijual. "lumayan, buat beli susu si kecil," katanya, sembari menyeka keringat.

Si kecil yang dia maksud tentu bayinya, anak paling buntut, saya perkirakan usianya belum tiga tahun. Susu, dibeli dari hasil jualan mangga?  "Bukan susu bayi nak, susu saset ji kasian dia minum, seribuan. Mana ada uang beli susu bayi,"

Senyumnya menyembunyikan getir. Bayinya sering diare gegara minum susu yang sama sekali bukan untuk bayi seusianya.

Anak yang paling tua tidak lebih beruntung. Dia belum pulang sekolah saat saya disana. Si ibu bilang, sulungnya punya pekerjaan ekstra saat bersekolah. Dia harus berjualan jalangkote pada guru dan teman-temannya.

Saya tidak kuasa mencecarnya dengan pertanyaan lagi. Pandanganku menyapu ruang berukuran 5x3 meter itu. Dinding seng bekas dan lantai dari dipan bambu. Dipetak sempit pinggir hutan itu, mereka bertujuh bersempit-sempit.

Sebenarnya bu Nurlina sudah dapat bantuan bedah rumah senilai Rp9juta, namun itu hanya cukup untuk bikin rangka dan atap rumah berukuran 8x4. Lantai dan dindingnya tidak ada. Dipan bambu akhihrnya jadi lantai, dan seng serta tenda untuk dinding rumahnya.

Setelah kondisi bu Nurlina viral, bantuan baru datang berbondong-bondong. Saya heran sendiri, apa guna perangkat pemerintah yang kelurahan, RT-RW itu jika kondisi miris seperti ini terlewatkan (atau sengaja dilewatkan?). (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)