Cerita Miris Honorer Batal Diangkat PNS; Terlanjur Syukuran dan Hendak Melamar Kekasih
Ilustrasi honorer (gambar: WartaBromo) |
M HARIS SYAH
Makassar, 1 Januari 2015
Menjadi pegawai negeri sipil, mungkin dambaan setiap honorer. Belasan bahkan puluhan tahun kerjakeras pengabdian, diharapkan terbayar dengan pin korpri bertengger didada.
Setidaknya itulah mimpi Syahrir, pria paruh baya ini adalah honorer di Kantor Kecamatan Labakkang Pangkep, sejak Januari 2005 silam.
Pekerjaannya sehari-hari sebagai operator komputer. Mengetik dokumen, menge-print dan menyiapkan berkas-berkas telah ia lakoni selama sepuluh tahun terakhir.
Harapan Syahrir menjadi PNS sempat membumbung tinggi. Saat itu pemerintah mulai mendata honorer yang telah mengabdi sejak 2005. Harapannya semakin besar saat ia bersama rekan-rekannya yang lain dinyatakan lolos verifikasi. Ia lalu diperintahkan mengurus Surat Keterangan Berkelakuan Baik dan Berbadan Sehat, sebagaimana lazim dilakukan setiap CPNS yang baru terangkat.
Syahrir pun menggelar syukuran sederhana di rumahnya di desanya. Tetanggga diundang, pak imam kampung tak ketinggalan dipanggil membaca doa. Keluarga Syahrir merasa beban dan harkatnya sedikit terangkat. Bahkan, wacana menikah tahun ini sudah mulai sesekali disinggung.
Namun apa daya, akhir tahun lalu (2014, pen) sehari sebelum libur panjang pemerintah mengumumkan 198 nama dari 664 sebelumnya yang berhak mendapat NIP. Syahrir tersentak. Namanya tidak ia temukan diantara 198 orang itu.
Itu tak lantas membuat Syahrir patah arang. Ia bersama rekan-rekannya mempertanyakan hal itu kepada pemerintah setempat. Calon istri yang sudah terlanjur berharap segera dilamar, terpaksa diminta bersabar.
Andi Irmayanti, honorer di lingkup Dinas Pendidikan juga mesti menanggung malu yang sama. Ia yang telah mengabdi sejak Februari 2005 itu, justru dianulir dalam daftar CPNS K2.
Irma -sapaannya- mengenang sedih sepuluh tahun kerjakeras yang ia lakoni hampir setiap hari. Belum ditambah marah dan omelan atasan yang kerap ia terima.
Syahrir dan Irma hanya potret dari ribuan honorer bernasib serupa. Dianulirnya nama-nama mereka menyisakan malu tak tertanggung. Kini mereka tinggal menunggu sembari terus berharap angka-angka NIP bisa tersemat dibawah ketikan nama mereka. (*)
Komentar
Posting Komentar