Silaturahmi Medsos


Perang medsos atas kondisi kekinian makin semrawut. Berbeda pendapat sedikit saja, kita bisa viral kemana-mana. Kebencian bertebaran dan tumbuh subur.

Jika kita ingin menghitung, alasan untuk saling membenci pasti tidak ada habisnya. Pada saat yang sama, makin sukar menemukan musabab untuk saling mengasihi dan memaklumi.

Namun satu hal yang pasti, saya tidak pernah berjumpa dengan orang yang hidupnya tenang karena mempertahankan pendapat mati-matian di medsos.

Sampai mengorbankan banyak hal (termasuk uang, tentunya), demi memuaskan nafsunya mencerca dan saling menjatuhkan oranglainnya. Akhirnya, satu yang paling berharga ikut dikorbankan adalah putusnya silaturahmi.

Kita akan selalu punya pembenaran untuk menentramkan hati. "Ah, kan dia yang mulai duluan?". atau frasa semacamnya. Terus apa bedanya? Toh silaturahmi tetap putus.

Putus silaturahmi betul-betul banyak ruginya. Saya tidak akan bahas dosanya. Saya bukan ustaz. 

Rugi yang langsung terasa pasti makin berkurang orang yang jadi jalan rezeki kita. Rezeki tidak jatuh dari langit begitu saja. Ia pasti lewat perantara oranglain, bukan jatuh dari langit. Yang pasti juga bukan pula lewat banyaknya like, comment and share status nyinyir dan nyindir itu.

Saya teringat satu kalimat. Entah darimana. Begini bunyinya;

Awal kehancuran adalah sikap tidak adil sejak dalam pikiran, dusta dalam perkataan dan saling tidak percaya dalam perbuatan.

Kemudian perlahan berubah jadi benci. Mengusik nalar yang awalnya tenang. Mengotori hati yang dulunya bersih. Menjauhkan teman yang pernah dekat. Dan memutus segala hal yang dulu indah...

Pada akhirnya, yang kita peroleh hanyalah penyesalan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)