Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kemana Islam Cinta Kita ?

Gambar
ilustrasi (liputan6) M Haris Syah Dulu, Berislam pada masa kanak-kanak sangat menyenangkan. Di sekolah, guru agama kami mengajarkan Islam yang penuh kasih dan toleransi. Tak pernah kami dengar guru kami menuduh orang bid'ah, sesat, atau kafir. Guru ngaji kami dikampung, meski bukan lulusan Timur Tengah, toh berhasil mbikin kami bisa mengaji. Imbalannya angkut air sampai gentongnya penuh. Sore hari kami ikut semacam pesantren di mesjid Muhammadiyah. Kami diajar tajwid, surah-surah pendek, hingga akidah akhlak oleh ustaz-ustazah. Istilahnya 'massikola ara'. Meski begitu, penampilan mereka tak perlu kearab-araban. Sangat Bugis, sangat Indonesia. Muharram adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu warga. Pada bulan itu, anak-anak muda akan mendirikan panggung besar ditengah kampung. Lomba lagu-lagu salawat digelar meriah. Ya Thoybah dan salawat badar dihafal diluar kepala. Cinta Rasul jadi kaset yang paling dicari. Begitu pula bulan Rabiul Awal. Mesjid-mesjid bers

Media Online dan Hoaks

Gambar
Media Online dan Hoaks (Disajikan pada Pelatihan Dasar Jurnalistik KNPI ) A.       Perkembangan media online di Indonesia Internet mulai digunakan untuk kepentingan komersial di Indonesia terhitung sejak 1995. Dalam laporan Onno W. Purbo dkk. berjudul "Computer Networking in Indonesia: Current Status and Recommendations for its Developments" terbitan 1996, diperkirakan ada 20 ribu pengguna internet pada 1995 Pada 2014 pengguna internet di Indonesia telah mencapai  82 juta orang , atau peringkat ke-8 di dunia. Awal 2015, APJII bekerja sama dengan PusKaKom Universitas Indonesia (UI) merilis, pengguna internet hingga akhir 2014 mencapai  88,1 juta , atau sekitar 34,9 persen dari total jumlah penduduk. Sekarang (2019) sudah mencapai 171 juta lebih, peringkat ke-4 di dunia -            17 Agustus 1995 : Republika Online (ROL - republika.co.id) terbit pertama kali sebagai koran digital

PWI Sidrap-Enrekang Berada di Jalur yang Tepat

Gambar
M Haris Syah (mantan jurnalis) Menyandang profesi jurnalis, tidak semudah dan sekadar menggantungkan id card di leher. Kata Uncle Ben Parker, 'great power comes great responsibility'. Karena itu, tanggungjawab profesi yang demikian besar, haruslah diemban oleh orang yang tak hanya punya kompetensi dan berwawasan luas. Tetapi juga punya integritas yang tak mudah goyah oleh godaan apapun. Hal-hal itu saya amati ada pada kak Edy Basri. Ketua terpilih Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sidrap-Enrekang. Setidaknya, pengamatan saya itu bukan tanpa alasan, juga bukan sekilas lalu. Jauh sebelum saya mengenal dunia jurnalistik, kode (eby) sudah kerap kali saya baca diujung berita koran FAJAR.  Boleh dibilang, beliau salahsatu guru jurnalistik saya. Pun setelah saya menyeberang Tribunnews, yang notabene rival FAJAR, Kak Edy masih sering memberi arahan. Bahkan sering turun liputan sama-sama. Dengan membawa nama dua media terbesar di Sulsel, kami bisa saja melakukan banyak hal-

Ikutan Ribut Tentang Cadar dan Cingkrang

Gambar
Ilustrasi (foto: The Conversation) Wacana melarang ASN memakai celana cingkrang dan cadar, menjadi bola panas. Sepekan sudah masalah ini jadi polemik. Berkepanjangan, digoreng sana-sini, dikomentari ragam kalangan. Padahal, aturan ini belum juga diberlakukan. Sebagian yang merespons menolak justru ternyata bukan ASN. Mereka hanya sekadar ikut meramaikan budaya bermedsos kita yang penuh nyinyir dan caci maki. Saya tertawa lebar membaca berita Detik.com, tentang salah seorang artis hijrah ikutan komentar tentang larangan ini. Seorang warganet yang lugu menimpali, 'Itu aturan untuk ASN, Bambang !. Bukan untuk artis' Bagi saya (yang kebetulan ASN), kita mesti melihat hal ini secara jernih. Yang akan dilarang adalah ASN. Bukan akhi-ukhti syar'i-syar'i-an, bukan artis hijrah-hijrahan, bukan pula ibu-ibu pengajian. Adalah benar bahwa berpakaian itu adalah masalah privat seseorang. Tetapi ASN terikat oleh aturan-aturan. Ini pointnya. Dan ini wajib dihormati dan di

Cara MB-Asman Mendongkrak Kinerja 255 Aparatur Baru Enrekang

Gambar
Bupati Enrekang Muslimin Bando memberi arahan pada 255 CPNS pada acara penutupan Diklatsar (foto: M Haris Syah) M Haris Syah (Pengajar) Pemerintahan Muslimin Bando - Asman di Enrekang sudah berjalan lebih kurang setahun. Sejumlah pembenahan terus dilakukan agar visi Enrekang Emas bisa terwujud. Salahsatu yang krusial adalah sumber daya manusia, khususnya PNS. Sebagai ujung tombak pelayanan, MB-Asman menaruh perhatian cukup besar pada aspek ini. Aspek pelayanan masyarakat menjadi prioritas untuk didongkrak kualitasnya. Sebagai langkah awal, Enrekang meminta penambahan 1057 PNS baru pada 2018 lalu. Meski yang dikabulkan hanya 255 formasi,, tetapi itu patut disyukuri sebab menjadi salah satu yang terbesar di Sulsel. Hanya kalah dari Makassar, Gowa dan Bone. MB sepertinya menaruh harapan besar pada 255 PNS baru ini. Dalam beberapa kali diskusi dengan penulis, MB berharap banyak mereka bisa berbuat sesuatu untuk Massenrempulu. Sebabnya, MB percaya ke-255 pegawai baru itu adal

Cerita Miris Honorer Batal Diangkat PNS; Terlanjur Syukuran dan Hendak Melamar Kekasih

Gambar
Ilustrasi honorer (gambar: WartaBromo) M HARIS SYAH Makassar, 1 Januari 2015 Menjadi pegawai negeri sipil, mungkin dambaan setiap honorer. Belasan bahkan puluhan tahun kerjakeras pengabdian, diharapkan terbayar dengan pin korpri bertengger didada. Setidaknya itulah mimpi Syahrir, pria paruh baya ini adalah honorer di Kantor Kecamatan Labakkang Pangkep, sejak Januari 2005 silam. Pekerjaannya sehari-hari sebagai operator komputer. Mengetik dokumen, menge-print dan menyiapkan berkas-berkas telah ia lakoni selama sepuluh tahun terakhir. Harapan Syahrir menjadi PNS sempat membumbung tinggi. Saat itu pemerintah mulai mendata honorer yang telah mengabdi sejak 2005. Harapannya semakin besar saat ia bersama rekan-rekannya yang lain dinyatakan lolos verifikasi. Ia lalu diperintahkan mengurus Surat Keterangan Berkelakuan Baik dan Berbadan Sehat, sebagaimana lazim dilakukan setiap CPNS yang baru terangkat. Syahrir pun menggelar syukuran sederhana di rumahnya di desanya. Tetanggga

Geliat Sepak Bola Amatir Ditengah Kisruh PSSI-Kemenpora

Gambar
Ilustrasi sepak bola (foto: Okezone.com) M HARIS SYAH Makassar, 20 Juni 2015 Kisruh PSSI-Kemenpora di tingkat nasional ternyata jadi peluang bagi sepak bola lokal untuk menggeliat. Pemain profesional yang menganggur gara-gara mandeknya kompetisi, memilih turnamen amatir sebagai pijakan mereka sementara. Sulsel salah satu yang rajin menggelar turnamen amatir atau pertandingan antar kampung (tarkam). Tercatat, ada tiga turnamen lokal Sulsel yang selalu menyedot perhatian. Seperti Pangdam Cup, Dirgantara Cup dan Liga Ramadan. Alhasil, tarkam tersebut selalu dibanjiri pemain pro. Seperti Pangdam Cup III yang saat ini berlangsung di Kodam VII/Wirabuana. Nama-nama tenar di sepakbola Indonesia bisa disaksikan beraksi di Lapangan Setia Hingga Akhir (SHA). Para pemilik klub amatir tidak segan menggelontorkan dana, agar daftar skuatnya diisi pemain dengan nama mentereng. Barindo FC misalnya, pemiliknya Soefian Abdullah berani membayar Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta per pertandingan.

Dasi Biru Yasser Latief

Gambar
Penulis: M Haris Syah (Temannya Yasser Latief) Perjuangan itu baru saja dimulai (lagi). Mudah-mudahan saya berhak ikut berbangga atas dilantiknya pemilik tagline #SellennaYL, kak Yasser Latief , sebagai Anggota DPRD Parepare periode 2019-2024. Beliau dan para legislator terpilih lainnya dilantik pada bulan Muharram, bulan puncak perlawanan keluarga Rasulullah SAW terhadap penguasa penindas. Maka dari itu, kepada kakanda YL dan kawan-kawan, kami titipkan harapan agar menjadi pembela kaum tertindas. Pada rentang lima tahun kedepan, ketukan palu di Jenderal Sudirman semoga kini lebih berpihak pada orang-orang kecil. Orang-orang seperti almarhum La Pele yang jasadnya terpaksa dibonceng motor, Nenek Ros dan gubuknya diatas selokan, Abdullah atlet catur lumpuh, dan masih banyak lagi potret getir ketertindasan ditengah gemerlap lampu-lampu kota. Harapan itu memang bukan hal gampang dan sederhana. Ada banyak tarik menarik kepentingan perlu dipikirkan, dan godaan-godaan yang sulit diaba

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Gambar
BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia , memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional dibutuhkan pegawai ASN yang unggul dan selaras dengan dinamika yang berkembang, sesuai dengan tuntutan masyarakat akan kinerja pemerintah yang transparan dan akuntabel dalam