Mengaji, Ruko Sugeng Selamat dari Kebakaran


Api seperti berputar diudara, mengikut hembusan angin, menyambar hingga seberang jalan

M HARIS SYAH
Parang Tambung

Rutinitas Anca dan Fitiriani, pasangan suami istri yang memiliki sepetak lapak sempit dibilangan Hartaco berlangsung normal. Sebagaimana biasanya, setelah menitip anak mereka pada pamannya, Syamsir. Mereka bergegas membuka lapak. Berjualan segala macam dari pagi hingga malam menjelang.

Namun hari Selasa malam kemarin, semuanya berubah. Sebagaimana kebiasaan mereka saat pasar sudah sepi, Anca akan megisi ulang botol-botol bensin yang ia pajang di depan lapaknya. Sementara Fitriani, tak jauh didekat sang suami, mengemas pakan ternak dalam kemasan-kemasan plastik kecil yang direkatkan dengan nyala lilin.

Kemarau membuat angin berhembus lebih keras dari biasanya malam itu. Karena itu pula, sekira pukul 21.00 wita api lilin yang dipakai fitri menyambar bensin yang tengah dituang Anca. Dalam sekejap, api membesar, dipicu bensin dalam botol berjejer yang terbakar satu persatu.

Fitriani sudah tak mampu lagi berbuat apa-apa. Hampir seluruh tubuhnya telah dilahap api. Melepuh dan hanya menyisakan bagian leher dan badan. Namun Anca masih sempat berteriak memperingati warga. "Api api, siram ki dulu," pekiknya berulang-ulang.

Rekan Anca, Syarifuddin mengatakan bahkan saat dibopong oleh warga, Anca masih memalingkan wajah ke arah kepulan asap dan api. Sorot matanya ingin berkata padamkan api itu. "Kurasa Anca tidak menyangka apinya akan besar seperti tadi malam, sehingga dia khawatir disuruh menanggung kerugian lapak disekitarnya," beber Syarif, begitu ia biasa disapa.

Sementara api semakin beringas saja, menjalar ke lapak-lapak disekitarnya. Syarif bercerita, api itu seperti berputar diudara, menyambar hingga keseberang jalan, dan melahap lapak penjual cakar. Dalam sekejap, 25 rumah mewah di Puri Tata Indah Palace hangus, setengah pasar Parang Tambung rata tanah.

Ditengah amuk api, pemandangan menarik tersaji saat Sugeng 45 tahun menolak meninggalkan rukonya. Ia bersama anaknya memilih melantunkan ayat-ayat suci dilantai dua bangunan berwarna putih ini. Sementara api terus berkobar disekitarnya.

Warga sekitar berkali kali meneriaki Sugeng agar segera turun, namun ia tetap tak bergeming. Lantunan ayat dan azan yang ia pekikkan terus saja menggema ditengah panik. Bahkan saat Walikota Makassar, Danny Pomanto telah tiba tepat didepan rukonya, ia masih terus mengaji. Seakan tidak peduli dengan kehadiran Danny.

"Kuasa Allah ini, kami pasrah dan bertawakkal saja, karena mau diselamatkan juga barang mau dibawa kemana ? kiri kanan depan belakang sudah habis terbakar semua," kata kakak Sugeng, Baso yang saat itu berada di toko barang campuran ini.

Padahal, ruko ini seharusnya menjadi yang pertama terbakar. Pasalnya, lapak Anca yang menjadi sumber api berada tepat didepan ruko Sugeng. Api malah menghabisi lapak disamping kiri dan kanan bahkan pasar dibelakang ruko ini rata tanah. Ajaibnya, ruko dua petak itu tak tersentuh api sedikitpun.

Sementara, warga pasar menyesalkan bagian pasar yang telah terbakar sebelumnya pada 2009 lalu ini belum juga diperbaiki, padahal DPRD waktu itu berkali-kali menjanji mereka. "Bagian pasar ada yang tidak ditempati karena belum diperbaiki. Akibatnya, bagian pasar yang sudah terbakar ini dulu terlalu padat sehingga api mudah sekali menyebar," kata staf pasar Parang Tambung, Jufriadi.

Kemarin, bantuan sudah mulai berdatangan demi meringankan derita korban yang mencapai 116 KK. Diantaranya, sudah berdiri posko bantuan dari DP Care, Dinas Sosial Pemkot dan Puskesmas Tamalate. Posko ini setidaknya telah merawat 17 warga yang depresi atau tertekan akibat kebakaran ini.

Dapur umum yang didirkan Tagana juga telah melayani 570 jiwa yang kehilangan mata pencaharian. Anggota DPRD asal Parang Tambung, Susuman Halim menjadi legislator pertama yang terlihat di lokasi. Sementara hari ini, satu kompi SSK atau sekira 100 personil Kodim 1468 DS akan turun membantu warga membersihkan sisa-sisa kebakaran. "Fokus kita adalah membantu agar warga bangkit kembali," ujar Danramil Kapten Inf Sermon Runtuk.

Kebakaran ini adalah yang kesekian kalinya di Makassar dalam beberapa bulan terakhir ini. Kita mungkin menyalahkan musim yang tengah kemarau. Namun pada dasarnya, pekerjaan kita yang abai akan unsur keselamatan, bangunan yang tanpa perangkat keamanan, juga janji-janji yang tak kunjung ditepati adalah akumulasi yang menambah panjang penderitaan kita sendiri. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akik Yaman, Simbol Persatuan Mahzab

Laporan Aktualisasi; Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas VI B di UPT SD Negeri 1 Enrekang

Sayyid Jamaluddin, Sisipkan Ajaran Tauhid pada Budaya Lokal (bag.2)