Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Membaca Cincin Impian

Gambar
  Seorang bijak pernah berkata, balaslah buku dengan buku. Saya kurang paham maksud sebenarnya. Mungkin agar tercipta dialektika yang berkualitas, budaya dan lingkungan yang literate, dan semacamnya. Paling tidak ini salah satu manfaat yang saya rasakan dari terbitnya 'Perspektif'. Buku berbalas buku. Ulasan dibalas ulasan. Maka sepekan dua pekan ini, koleksi buku saya bertambah beberapa buah.  Buku yang pertama datang Supriadi. Seorang kawan guru yang cemerlang. Kami sekampung, berteman sejak SMP dan ketemu lagi saat kuliah. Saya pernah (dengan tidak tahu diri) numpang gratis beberapa bulan di kostnya. Adi sukses menerbitkan kumpulan cerpen 'Cincin Impian'.  Ia rupanya tidak cuma cakap mengajar. 12 cerpen di Cincin Impian membuktikan Adi juga mampu menata diksi dan meletakkan kata di tempat yang tepat.  Salah satu yang menarik, cerpen ke-11 tentang tiga datuk penyebar Islam pertama di tanah Sulawesi. Adi mengisahkannya dengan cara yang unik. Di antologi 'Perspektif

Blaze dan Upaya Menemukan Metode BDR Efektif

Gambar
gambar: amazon.co.uk Akhir-akhir ini bocah saya yang baru 4 tahun, Hasan, paling senang nonton channel Nick JR. Hampir semua acaranya film kartun. Dari pagi buta sampai pagi lagi. Salahsatu kartun favoritnya Blaze and the Monster Machines. Blaze adalah seri animasi dengan muatan pendidikan. Bercerita tentang petualangan Blaze si mobil dan teman-temannya. Kartun ini disajikan interaktif, berbasis masalah sederhana, memancing anak belajar sains, teknologi, matematika dan logika dasar. Ada banyak kartun lain seperti Blaze di TV sekarang. Hasan hafal jam tayang Petunjuk Blue, Paw Patrol, Bubble Guppie, dan lain-lain. Hasilnya, Hasan (dan sepertinya juga rerata anak-anak seusianya) sudah mengenal angka 1-20, alfabet lengkap, menyebutkan rupa-rupa bentuk dan warna, bahkan beberapa kosakata Bahasa Inggris! Dalam pendidikan formal, itu semua baru dipelajari di TK hingga SD kelas 1-3. Tempo saya kanak-kanak dulu, yang dijejalkan di kepala kami adalah Sinchan yang mesum, Doraemon yang mengabulka

Kenangan Singkat Bersama Riedl

Gambar
  Kabar duka beredar di pelbagai fanpage sepakbola tanah air malam ini (8/9). Mantan pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl berpulang pada usia 70 tahun. Kita di Sulsel, punya hubungan lumayan spesial dengan pelatih yang dikenal kalem ini. PSM Makassar adalah satu-satunya klub Indonesia yang pernah ia latih, meski hanya kurang dari 3 bulan. Makanya ingatan saya tentang pria Austria ini tidak begitu banyak. Penunjukannya sebagai pelatih PSM hampir bersamaan dengan ditugaskannya saya di desk PSM saat meniti karir jurnalis di FAJAR. Karena itu saya berkesempatan interview beberapa kali dengannya. Seingatku ia pelatih yang tidak pelit ke wartawan. Selepas sesi latihan pagi di Karebosi, ia selalu bersedia meladeni saat kami mencegat untuk wawancara. Bahkan beliau juga bersedia diganggu via BBM yang top saat itu. Modal pas-pasan berbahasa Inggris sungguh sangat membantu. Selama beberapa kali perjumpaan itu, air mukanya selalu datar. Hal yang sama sering disaksikan lewat TV, baik saat menukang

15 Tahun Desa Bone-bone Bebas Rokok

Gambar
Desa Bone-bone di Enrekang dikenal luas dengan larangan merokoknya. Kini sudah 15 tahun sejak aturan itu pertama kali diberlakukan, tahun 2005 silam.  Saya mengunjungi desa ini pekan lalu, saat menemani kawan dari Trans7 Hasrul Nawir meliput untuk program CNN Heroes. Kami ditemani pak Kabid Promosi Pariwisata pak Zulkarnain Surianto dan Om Ohe Magenta yang dengan murah hati meminjamkan drone-nya. Untuk kesana, butuh perjalanan sekira 1,5 jam dari pusat kota Enrekang. Lumayan jauh dan medannya menantang. Untungnya jalanan sudah dibeton mulus, dan pak Kadispopar berkenan meminjamkan Innova-nya. Desa ini berada di ketinggian kurang lebih 1500 Mdpl. Meski masih berada di kaki gunung Latimojong, namun udaranya sudah lumayan dingin. Untung saya pakai sweater, Hasrul menyesal meninggalkan jaket-nya di bagasi motor. Kami menyusuri jalanan yang membelah perbukitan, sambil menikmati pemandangan sawah terasering yang ditanami beras khas Pulu Mandoti. Beras yang hanya bisa tumbuh disekitar desa it

Tragedi Karbala dan Pembelaan Terhadap Mustadafin

Gambar
Padang Karbala hening. Jenazah bergelimpangan, darah meresap di pasir dan senjata terserak disana-sini. Tenda-tenda sobek dan terbakar, sisa peperangan nampak yang tak seimbang, antara 72 keluarga dan sahabat Imam Husain dengan ribuan pasukan Yazid. Imam Husain berdiri sendirian. Hampir semua keluarga dan sahabatnya telah syahid. Tersisa beberapa perempuan dan Ali Zainal Abidin kecil, cicit Rasulullah yang tengah sakit berlindung dibalik tenda. Ada bulir bening disudut mata cucu nabi tercinta. Pandangannya melihat kejauhan pasukan Yazid bersiap menyerang lagi. Zainab mendekat. "Wahai kakakku Husain, apa yang membuatmu menangis?" Bukan tidak pedih melihat satu per satu keluarganya dibantai, bukan tidak perih menahan haus akibat sumber air yang diblokir musuh. Tapi Husain menangis karena sesuatu yang lain. "Aku menangis karena sepeninggalku nanti siapa yang akan melindungi anak-anak yatim?. Siapa yang akan membela hak orang-orang lemah dan miskin (mustadhafin) yang (akan)

Peristiwa Ghadir Khum dan Kecintaan pada Imam Ali

Gambar
Ilustrasi peristiwa Ghadir Khum (gambar: ABNA) M Haris Syah Tahun ke-10 Hijriah, Nabi Muhammad SAW bersama ratusan ribu kaum muslimin menunaikan ibadah haji. Khusus bagi Baginda Nabi, itu adalah hajinya yang terakhir (haji wada). Momentum berkumpulnya kaum muslimin yang harus beliau manfaatkan sebaik-baiknya untuk menyampaikan kesempurnaan Islam, sebelum berpulang pada sang Khalik. Dalam perjalanan pulang dari Mekkah ke Madinah, Jibril mendatangi nabi dengan membawa Al Maidah 67; tepat pada 18 Dzulhijjah. "Wahai Rasul, sampaikanlah (balligh) apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak engkau lakukan maka engkau tidak menjalankan risalahNya. Dan Allah memelihara engkau dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir" Nabi kemudian meminta kaum muslimin berhenti di suatu tempat antara Mekkah dan Madinah, bernama Ghadir Khum. Ia memerintahkan sahabat mengumpulkan bebatuan untuk dijadikan mimbar. Beliau lalu berpidato diatas mimbar

Covid-19 dan Sikap Kita Menghadapinya

Gambar
Pada perang khandaq, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membuat parit. Idenya berasal dari Salman Al Farisi. Konon, parit itu panjangnya 5,5 Km, dengan lebar 4,6 meter, dan dalamnya mencapai 3 meter lebih. Setiap orang diberi jatah menggali sekira 40 hasta. Dengan jumlah sahabat yang ada saat itu, butuh 10 hari hingga parit selesai. Alhasil, musuh tidak berhasil menembus Madinah. Korban jiwa yang menjadi syuhada dari kalangan muslimin hanya enam orang. Pertanyaannya, mengapa nabi dan para sahabat mesti capek-capek bikin parit? Bukankan serangan kepada muslimin ini adalah takdir yang harus dijalani? Lagi pula, jika tewas pada perang itu dicatat sebagai mati syahid. Masih banyak lagi peristiwa serupa dalam sejarah Islam. Yang sekiranya bisa menjadi pelajaran bahwa menghadapi sesuatu yang mengancam keselamatan, kita diwajibkan berikhtiar semaksimal mungkin. Berikhtiar adalah bagian dari menjaga tujuan pokok beragama (al-Dharuriyat al-Khams). Ikhtiar menghadapi pandemi

Menyoal Polisi Menggunduli Guru

Gambar
(foto: Merdeka.com) M Haris Syah (pengajar) Judul diatas awalnya saya tulis 'Menyoal Polisi Menggunduli Tersangka'. Meski kalimat itu sudah tepat, sebab tiga guru yang diduga bertanggungjawab atas insiden susur sungai di Sleman telah berstatus tersangka atau terdakwa. Inipun masih tersangka. Belum merupakan terpidana. Setelah saya pikir-pikir, diikuti dengan riset kecil-kecilan, ternyata tidak semua tersangka yang ditahan polisi mendapat perlakuan serupa. Apalagi jika dibuat lebih spesifik, mereka yang dijerat pasal 359 KUHP juga tidak semuanya digunduli. Mari kita ambil contoh kasus yang sama-sama viral. Kita tentu masih ingat dua kasus anak orang penting, yang menabrak pengguna jalan. Putra Ahmad Dani, Dul dan putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa. Masing-masing menewaskan 6 dan 2 orang.  Seingat saya, polisi tidak pernah menggunduli mereka. Padahal jika dibandingkan dengan kasus guru ini, penyebabnya kurang lebih sama. Kelalaian. Juga pasal yang menjerat mereka.

Seni Berbahagia

Gambar
Sedikit orang yang mampu menyingkap rahasia-rahasia hidup sehat nan bahagia. Salah satunya mungkin saya temukan sedang antri di loket RS Massenrempulu. Ia duduk menunggu panggilan, dengan memakai baju berlogo Kementerian PU. Kopiah dan celana kain berwarna pudar. Namanya Asrjad Baba. Seorang pensiunan Dinas PU. Katanya, Asrjad itu ejaan lama untuk nama Arsyad. Senyumnya beberapa kali mengembang saat melafalkan huruf SRJ menjadi Y, memperlihatkan giginya yang h anya tinggal beberapa. Pak Asryjad tidak lagi muda. Ia setua republik ini. Lahir 1945. Tapi berkali kali ia mengucap Alhamdulillah, sebab tubuhnya masih bugar. Dia hanya menginjak RS ini karena 2 alasan. Memeriksakan matanya yang mulai rabun, atau menjenguk kerabat yang sakit. Saat kutanya rahasianya sehingga ia sehat wal afiat hingga kini, jawaban pertama yang ia lontarkan adalah menjaga hati senantiasa bahagia. Katanya ini memang sulit. Orang lain punya jalan bahagia masing-masing. Ia menemukannya di seni. "S

Beberapa Bulan yang Membanggakan

Gambar
M Haris Syah (mantan jurnalis Tribun Timur,  TribunSidrap.com ) Saya menjadi jurnalis sejak Maret 2014. Namun baru pada akhir 2018, merasakan bergabung bersama Tribun Timur. Lalu resign pada 2019. Singkat memang. Tapi berat sekali rasanya saat surat resign itu ku-amplop-kan bersama dua kartu pers saya. Kartu pers paling keren yang pernah kupunya. Saya harus mengumpulkan banyak energi dan keberanian untuk menyampaikan pengunduran diriku. Berat sekali. Sampai saya tidak bernyali untuk datang ke newsroom, ata u bahkan sekadar menelpon. Para senior di Jalan Cendrawasih mengajarkan banyak sekali. Hyper Local, militansi ala Tribun, trik membuat breaking news, running news, sampai berita video. Itu semua sejatinya bukan hal baru, tapi Tribun melakukannya dengan gaya berbeda. Keren pula. Redaksi dan sistem kerjanya tertata rapi dan efisien. Target kerja dan evaluasi sangat detail lewat Key Performance Indicator. Di Sulsel, bahkan mungkin di Indonesia, saya berani bilang Tribun un